Kenaikan ini mempengaruhi sekitar enam juta pekerja. Tetapi, mengingat depresiasi lira yang tajam, upah minimum yang baru masih lebih rendah dari yang setara dengan 380 dolar AS setahun sebelumnya.
“Kami percaya bahwa campuran kebijakan saat ini pada dasarnya tidak berkelanjutan,” ujar Direktur MEA di S&P Global Ratings, Maxim Rybnikov.
Bank sentral telah berada di bawah tekanan Erdogan untuk memangkas suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi, pinjaman dan ekspor di bawah rencana ekonomi barunya.
Para ekonom dan anggota parlemen oposisi secara luas mengkritik kebijakan tersebut sebagai tindakan sembrono.
Diketahui, bank sentral telah melakukan intervensi empat kali di pasar mata uang dalam dua minggu terakhir, menjual dolar untuk memperlambat penurunan lira dan memakan cadangan devisanya yang sudah habis.