BI memperkirakan tahun ini defisit neraca perdagangan berkisar 230 juta dolar Amerika Serikat (AS). Prediksi ini dinilai lebih rendah dari Januari 2018, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengalami defisit, sebesar 670 juta dolar AS.
"Ini perkiraan kami, kemungkinan Februari trade balance (neraca perdagangan) defisit 230 juta dolar AS," katanya.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Agus Marto mengakui Indonesia sangat memerlukan investasi dalam jumlah besar. Karena itu, pemerintah sendiri telah berupaya menarik investor dan menyiapkan kemudahan regulasi agar investor tertarik menanamkan modalnya.
"Jadi kita mau tidak mau tergantung pada FDI (Foreign Direct Investment) dan portfolio investment. Kami ingin mengatakan realisasi FDI terus membaik," katanya.