JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan penyebab utama bengkaknya biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mencapai 8,6 miliar dolar AS atau Rp121 triliun dari 6,07 miliar dolar AS atau Rp85,41 triliun.
Dia menegaskan, pembengkakan biaya terjadi bukan karena korupsi, melainkan disebabkan sejumlah faktor. Misalnya, mahalnya pembebasan lahan hingga naiknya harga material proyek selama pandemi Covid-19.
"Kenapa harganya naik? Kan kita tahu, pembebasan tanah di Indonesia ini susah bangat. Ini akhirnya angkanya jadi naik. Kedua, Covid ini, lihat harga barang, semuanya naik, harga baja naik, batu bara, minyak naik, semua cost daripada tadi investasi juga naik yang hubungan dengan sumber daya alam, baja, batu bara semuanya naik, jadi ada peningkatan," kata Erick, Selasa (16/11/2021).
Dari hitungan awal konsorsium BUMN atau PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar 6,07 miliar dolar AS. Jumlah tersebut terdiri atas pembiayaan Engineering Procurement Construction (EPC) sebesar 4,8 miliar dolar AS dan 1,3 miliar dolar AS untuk non-EPC.
Namun sejak dilakukan kajian dengan bantuan konsultan pada November 2020, anggaran justru mengalami pembengkakan. Diperkirakan membesar menjadi Rp121 triliun.