Perubahan angka terjadi setelah adanya perubahan biaya, harga, hingga penundaan proyek karena perkara pembebasan lahan. Karena itu, perkiraan konsorsium Indonesia anggaran KCJB berada di dalam skenario low and high.
Adapun low sebesar 9,9 miliar dolar AS dan high 11 miliar dolar AS. Artinya, pembengkakan biaya yang terjadi dengan skenario tersebut sekitar 3,8-4,9 miliar dolar AS.
"Kemarin delay lagi, enggak ada yang bisa kerja, kan hampir 6-7 bulan enggak bisa kerja. Ini kenapa strukturnya harus diperbaiki, bukan karena korupsi. Ini enggak ada indikasi korupsi," ujar Erick.
Sementara itu, Erick menjelaskan, pemerintah menyepakati pembiayaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 untuk mempercepat penyelesaian konstruksi KCJB.
Pendanaan KCJB dalam skema penyertaan modal negara (PMN) perlu dilakukan untuk menyelesaikan pembangunan proyek strategi nasional (PSN) tersebut. Pasalnya, sumber pendanaan lain seperti membuka opsi bagi investor di luar konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) tidak memungkinakan untuk dilakukan pemerintah.