Kemenperin Rumuskan Indikator Kesiapan Sektor Manufaktur Menuju Industri 4.0

Dani M Dahwilani
Kemenperin telah merumuskan indikator untuk mengukur kesiapan sektor manufaktur dalam transformasi menuju industri 4.0 (INDI 4.0). (Foto: Kemenperin)

Dalam kesempatan yang sama, Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi mengatakan, secara garis besar implementasi 4.0 sudah mulai dilakukan Tatalogam Group di beberapa lini.

“Kita sudah lakukan dibeberapa lini. Mulai dari machine to machine. Antara mesin itu sudah berhubungan. Jadi kalau buat kami, implementasi 4.0 itu konsepnya DNA. Harus ada Device, Network, dan Application (DNA),” ujarnya.

Stephanus menjelaskan, Device yang dimaksud berarti mereka memiliki mesin yang sudah lebih pintar. “Karena dia berputar beberapa kali, dia menghasilkan produk berapa? Dia bisa mengeluarkan output berapa tanpa ada yang mencatatnya terlebih dahulu, langsung terhubung ke ERP,” katanya.

Lalu, setelah memiliki Device yang mumpuni, tahap selanjutnya ialah bagaimana mereka menggunakan Network. Mengkoneksikan antara Device ke system yang sudah exsisting.

“Tapi peran manusia di situ tetap ada. Yaitu menggunakan Application. Untuk memverifikasi apakah mesin itu sudah berjalan dengan benar atau belum. Ada kesalahan di mana? Sebagai operator, namun dengan level yang lebih tinggi karena tidak hanya duduk memindahkan barang tapi juga sudah punya fungsi analisa,” ujarnya.

Stephanus menilai, industry 4.0 bukan untuk mengurangi tenaga kerja manusia. Justru industry 4.0 bertujuan untuk meningkatkan added value dari manusia.

“Bukan produk, tapi manusianya. Kalau manusianya kita tingkatkan, kita kasih pekerjaan yang lebih manusiawi, bukan hanya memindahkan barang. Itu kan pekerjaan mesin. Kalau kita bisa beri pekerjaan yang lebih memanusiakan mereka, maka produk yang dihasilkan otomatis akan meningkat. Baik itu secara kualitas dan lain-lainnya. Dan itu sudah dibuktikan dengan kita menembus pasar ekspor,” kata Stephanus.

Pasar ekspor bisa menjadi tolak ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era 4.0 karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.

“Pasar ekspor ini tentu memiliki kualiti cek yang lebih tinggi. Bahkan standarnya berbeda-beda. Nah ini, dengan implementasi 4.0 ini dan juga bimbingan dari kementerian kita berharap bisa ditingkatkan lagi. Jadi perusahaan yang seratus persen kepemilikan Indonesia ini bisa menjadi perusahaan global,” ujar Stephanus.

Editor : Dani M Dahwilani
Artikel Terkait
Mobil
14 hari lalu

Kepincut Mobil Listrik Xiaomi, Menperin Minta SU7 Diboyong ke Indonesia

Nasional
2 bulan lalu

Inovasi Lokal Melesat, Paten Revolusi Industri 4.0 Naik Hampir 150 Persen dalam Lima Tahun

Mobil
2 bulan lalu

Insentif Berakhir, APM Wajib Produksi Mobil di Dalam Negeri Sesuai Jumlah Impor

Bisnis
3 bulan lalu

Apple Gelontorkan Investasi Jumbo Rp1.629 Triliun di AS Demi Hindari Tarif Impor Chip 100% 

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal