Potensi Minyak Sawit, Menko Airlangga: Indonesia Seharusnya Sudah Price Leader, Bukan Price Taker

Suparjo Ramalan
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berpandangan Indonesia seharusnya sudah menjadi price leader minyak sawit dunia, bukan sekadar price taker. Pengusaan minyak sawit Indonesia mencapai 58 persen di pasar global.

Hal ini disampaikan Airlangga dalam acara Webinar Nasional Kelapa Sawit “Kontribusi Aktif Kelapa Sawit dalam Mendukung Green Economy Nasional” pada Rabu (18/8/2021). Menurut dia, industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja. 

“Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat,” ujarnya.

Untuk diketahui, sektor pertanian sebagai salah satu sektor dengan pangsa terbesar dan menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia pada kuartal II 2021 melanjutkan tren pertumbuhan sebesar yang positif sebesar 0,38% (yoy), seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,07% di kuartal yang sama.

Sektor pertanian yang di dalamnya terdapat komoditas kelapa sawit juga turut andil dalam pemulihan ekonomi nasional. Kinerja ekspor pada Q2-2021 tercatat tumbuh tinggi yakni 31,78% (yoy). Dengan kinerja tersebut, kelapa sawit berkontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia.

Harga Crude Palm Oil (CPO) internasional terus mengalami kenaikan yang mencapai 1.100 dolar AS per MT, kenaikan ini berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP)>103,4 dan sejalan dengan meningkatnya harga TBS berkisar 1.800-2.100 per kilogram.

Airlangga menekankan, pemerintah saat ini terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil.

Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020.

Pemerintah berkomitmen untuk mendukung program B30 pada tahun 2021 yang bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL, komitmen Pemerintah ini dapat menghemat devisa sebesar 8 miliar dolar AS akibat dari berkurangnya impor solar.

Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait
Nasional
43 menit lalu

Purbaya soal Redenominasi Rupiah: Wewenang BI, Bukan Tahun Ini atau 2026

Nasional
4 hari lalu

Ekspor Ilegal 87 Kontainer Produk CPO Terbongkar, Begini Modusnya

Buletin
4 hari lalu

Kemenkeu dan Polri Bongkar Ekspor Ilegal Produk Turunan Sawit Senilai Rp2,8 Triliun

Nasional
4 hari lalu

Canda Bahlil ke Airlangga: Ini Ketum Golkar Senior, Kalau Gak Hormat Bahaya Saya

Nasional
4 hari lalu

87 Kontainer Langgar Ekspor Turunan CPO, Kapolri: Kerugian Rp2,8 Triliun

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal