Ada beberapa gejala anak alergi susu sapi yang bisa Anda perhatikan. Di antaranya saja, anak mengalami ruam pada kulit di tempat yang sama, diare, sariawan, gangguan pernapasan seperti asma, pilek, dan lainnya. Bahkan, alergi ini juga bisa membuat anak mengalami gangguan konsentrasi, gangguan sosialisasi, migrain, dan hal lain yang tak wajar pada anak.
Dokter Zahra turut membagikan cara mencegah stunting pada anak dengan mendeteksi penyebab alergi sejak dini. “Bisa melakukan diet eliminasi selama 3 minggu, kemudian dilakukan provokasi. Dan jika sudah diketahui penyebabnya, maka bisa dihindari selama 3-6 bulan,” katanya.
“Penghindaraan daripada makanan ini harus berdasarkan diet eliminasi dan provokasi. Jadi setelah dieliminasi harus di provokasi, tidak boleh dibiarkan eliminasi terus selama 2 tahun tidak boleh. Karena risiko malnutrisi dan stunting itu lebih besar. Makin lama dipantang berbagai macam makanan, risiko gangguan tumbuh kembangnya juga lebih tinggi,” ujar dia.
Untuk menunjang pertumbuhan anak yang alergi susu sapi, yaitu dengan mengganti nutrisi yang sesuai dan tepat.
“Menggantinya (nutrisi) harus sesuai. Jadi kan susu sapi protein hewani, gantinya juga protein hewani. Seperti misalnya diberikan telur atau susu formula pengganti yang bisa diberikan pada anak yang alergi susu sapi,” kata dia.
Selain itu, perlu adanya pemantauan penambahan berat dan tinggi badan. Anda juga perlu konsultasi ke dokter agar dapat membantu mendiagnosis kemungkinan anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Dokter Zahra menyebut, anak akan lebih sulit mengejar stunting saat berumur tiga tahun lebih. Sebab itu, dia menyarankan, agar orang tua dapat mendeteksi alergi susu sapi dan stunting pada anak sejak dini.