JAKARTA, iNews.id - Kecerdasaan anak dibentuk oleh banyak faktor, salah satunya nutrisi. Kecukupan nutrisi yang baik sejak usia dini akan memengaruhi perkembangan otak anak.
Pakar pendidikan anak usia dini Dr Sofia Hartati MSi mengatakan, kecerdasan dan prestasi belajar anak di sekolah dipengaruhi banyak hal, mulai dari pola pendidikan, kondisi fisik, lingkungan, serta asupan nutrisi yang cukup.
"Kecerdasaan itu dibentuk oleh banyak faktor termasuk aspek nutrisi. Anak yang kurang kecukupan gizinya termasuk DHA, akan sulit berprestasi di sekolah," ujar Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta itu, Jumat (8/3/2019).
Dia menyebutkan pengaruh kekurangan DHA pada perkembangan otak anak bisa memengaruhi daya nalar (kognisi) anak. Pemberian makanan dengan nilai gizi dan vitamin yang baik harus diberikan orang tua demi perkembangan otak anak.
"Selain itu, stimulasi lain yang dibutuhkan adalah pemberian kasih sayang serta interaksi positif dengan anak," kata Sofia
Penelitian PISA dari OECD pada 2018 menyebutkan, kemampuan matematika dan science pelajar Indonesia berada di urutan bawah peringkat 62 dunia. Hal ini menjadi keprihatinan bagi masa depan anak Indonesia.
Sementara itu, penelitian Kemendikbud menyatakan daya kemampuan berpikir anak Indonesia masih di bawah negara-negara maju Asia, seperti Korea dan Jepang meskipun waktu belajar anak Indonesia di sekolah lebih lama dibandingkan negara lain.
"Sudah selayaknya orangtua dan mereka yang peduli terhadap prestasi dan masa depan anak Indonesia senantiasa peduli pada pemenuhan gizi anak, termasuk gizi untuk membantu perkembangan otak mereka," ujar Sofia.
Beberapa pakar gizi dari UI dan IPB termasuk Prof Ahmad Sulaeman dalam artikel yang diterbitkan British Journal of Nutrition mengatakan, delapan dari 10 anak Indonesia kekurangan asupan DHA jika mengacu pada standar WHO.
Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menemukan delapan dari 10 anak usia sekolah Indonesia berumur 4-12 tahun kekurangan nutrisi otak akibat kekurangan asupan asam lemak esesial (Essential Fatty Acid) khususnya asupan DHA dan Omega 3 dibanding angka acuan WHO.
Pakar gizi dan Ketua Umum Pergizipangan Prof Dr Hardinsyah juga menyoroti kekurangan asupan asam lemak esensial DHA dapat menganggu perkembangan otak dan kemampuan belajar pada anak. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat fakta 80 persen anak Indonesia kekurangan konsumsi DHA dan Omega 3.