"Di sekolah-sekolah aja itu dianggap biasa. Misalnya, ada seorang anak yang suka dorong-dorong apa segala macam dan mereka bilang, 'Ah nggak papa lah, baru digituin.' Jadi ketika bully dilumrahin, dianggap normal, dianggap wajar, dimaklumin, ya dia akan gitu terus. Jadi, situasinya sudah seperti itu sekarang. Kita ada di dunia yang seperti itu," tuturnya kepada iNews.id.
Kasandra berharap agar pemerintah Indonesia dapat lebih memberikan pengertian pada masyarakat luas mengenai bahaya bully. Sebab, masyarakat perlu mengetahui bahwa bully dapat berdampak buruk bagi korbannya.
"Saya berharap bahwa tidak sekadar wacana, sosialisasi, edukasi, nggak bisa. Harus ada perubahan berulang. Bagaimana caranya? Supaya anak-anak Indonesia lahir dengan sehat, bebas dari kekerasan, bebas dari kemungkinan adiksi, dan bebas dari kemungkinan depresi. Jadi, pola asuh harus diganti," katanya.