JAKARTA, iNews.id - Miliarder Bill Gates memprediksi profesi dokter dan guru akan musnah 10 tahun lagi dari sekarang. Praktisi kesehatan menilai pernyataan itu tidak akurat dan menyesatkan.
"Saya sebagai seorang dokter, praktisi kesehatan maupun dosen di fakultas kedokteran menilai pernyataan Bill Gates atau pihak lain yang senada perlu dilihat secara hati-hati dan kontekstual," kata dr Dicky Budiman saat diwawancarai iNews.id, Minggu (4/5/2025).
Dia menambahkan, "Jika yang dimaksud dengan punah itu adalah secara harfiah bahwa dokter dan guru tidak akan diperlukan lagi di masa depan, maka itu klaim yang tidak akurat dan menyesatkan."
Dokter Dicky menerangkan alasan di balik pendapatnya itu. Dia memberi contoh pada kasus kemunculan teknologi autopilot. Ketika teknologi itu muncul, klaim serupa juga muncul bahwa pilot tidak akan lagi dipergunakan.
Tapi faktanya, profesi pilot tetap ada meski teknologi autopilot pun terus berkembang saat ini. "Ini bisa terjadi karena tetap diperlukan yang namanya sentuhan manusia dan itu tidak bisa digantikan oleh teknologi," terangnya.
Nah, demikian juga pada profesi dokter dan guru. Kata dr Dicky, teknologi termasuk kecerdasan buatan atau AI yang kini berkembang sangat cepat memiliki potensi luar biasa untuk memperkuat kinerja tenaga medis dan pendidik, tapi tidak menggantikan secara penuh kedua profesi tersebut.
"Jadi, AI ini bukan ancaman, bukan musuh yang dapat menggantikan manusia, tapi dia tools untuk membantu memperkuat kinerja tenaga medis dan pendidik. AI bukan menggantikan secara penuh," jelas dr Dicky.
Dokter Dicky menerangkan bahwa di dunia kesehatan, peran dokter bukan hanya pemberi diagnosis dan penentu terapi terbaik untuk pasien, namun dia juga perlu aspek empati dan etik. Jadi, dokter itu dibekali dengan kemampuan pengambilan keputusan yang kompleks, karena perlu melihat dari berbagai aspek, termasuk sosial budaya pasien. Dokter juga dituntut memiliki kemampuan komunikas interpersonal yang mendalam dan ini yang tidak dimiliki AI.
"Dalam praktiknya, dokter akan melakukan anamnesa yang mana itu bukan hanya soal tanya-jawab antara dokter dan pasien, tapi ada aspek empati dalam pengambilan keputusannya. Sekali lagi, AI tidak memiliki poin itu," katanya.
Dengan kata lain, AI memungkinkan untuk menjadi alat bantu diagnosis, tapi tidak bisa menggantikan sentuhan duniawi yang dimiliki dokter.