And I chose you
(Dan aku telah memilihmu)
The one I was dancin' with
(Satu-satunya yang ku ajak berdansa)
In New York, no shoes
(Di New York, tanpa sepatu)
Looked up at the sky and it was
(Menatap ke langit dan itu)
The burgundy on my T-shirt when you splashed your wine into me
(Warna burgundy di bajuku saat kau mencipratkan wine mu padaku)
And how the blood rushed into my cheeks, so scarlet, it was
(Dan bagaimana darah mengalir di pipiku, sangat merah, semuanya)
The mark you saw on my collarbone, the rust that grew between telephones
(Tanda yang mereka lihat di selangka ku, karat yang tumbuh di telepon)
The lips I used to call home, so scarlet, it was maroon
(Bibir yang biasa kusebut rumah, sangat merah, ini berwarna marun)
When the silence came, we were shaking blind and hazy
(Ketika kesunyian tiba, kita bergetar buta dan samar)
How the hell did we lose sight of us again?
(Bagaimana bisa kita kehilangan pandangan kita lagi?)
Sobbin' with your head in your hands
(Menangis dalam pelukanmu)
Ain't that the way shit always ends?
(Bukankah cara itu selalu mengakhiri omong kosong?)
You were standin' hollow-eyed in the hallway
(Kamu berdiri dengan tatapan kosong di lorong)
Carnations you had thought were roses, that's us
(Bunga anyelir yang aku kira bunga mawar, itulah kita)
I feel you no matter what
(Aku merasakanmu apapun yang terjadi)
The rubies that I gave up
(Batu delima yang pernah kuberikan padamu)
And I lost you
(Dan aku telah kehilanganmu)
The one I was dancin' with
(Satu-satunya yang ku ajak berdansa)
In New York, no shoes
(Di New York, tanpa sepatu)
Looked up at the sky and it was maroon
(Menatap ke langit dan semuanya marun)
The burgundy on my T-shirt when you splashed your wine into me
(Warna burgundy di bajuku saat kau mencipratkan wine mu padaku)
And how the blood rushed into my cheeks, so scarlet, it was (maroon)
(Dan bagaimana darah mengalir di pipiku, sangat merah, semuanya marun)