JAKARTA, iNews.id- Cara membaca kitab kuning penting diketahui bagi para penuntut ilmu syar'i serta calon da'i. Keterampilan membaca tulisan Arab tanpa harakat akan sangat membantu setiap Muslim dan Muslimah dalam memahami dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Pengetahuan yang menjadi dasar dari kemampuan ini adalah ilmu nahwu dan sharaf. Ilmu nahwu adalah ilmu tata bahasa Arab yang membahas tentang keadaan akhir kata dalam kalimat dan perubahan yang terjadi pada kata tersebut.
Sementara itu, ilmu sharaf adalah ilmu tata bahasa Arab yang membahas tentang pembentukan kata sebelum disusun dalam kalimat.
Kedua ilmu ini memiliki pentingnya masing-masing. Dengan memahami ilmu nahwu, seseorang dapat membedakan antara subjek (fa'il) dan objek (maf'ul bih).
Selain itu, dengan memahami ilmu nahwu, seseorang dapat mengenali akhiran dari suatu kata, apakah akhiran tersebut dapat berubah atau tetap. Ilmu nahwu juga memungkinkan seseorang untuk membaca akhir kata dengan benar, apakah harus dibaca dengan dhammah, fathah, atau kasrah, misalnya.
Ilmu sharaf juga memiliki pentingannya sendiri. Dengan memahami sharaf, kita dapat mengetahui asal suatu kata dan pola-pola perubahannya. Sebuah kata kerja dapat diubah menjadi kata benda, dan sebuah kata kerja aktif dapat diubah menjadi kata kerja pasif.
Ilmu sharaf juga membantu kita mempelajari cara membentuk kata perintah, dan lain sebagainya. Semua ini dapat dipelajari dalam ilmu sharaf, yang juga dikenal sebagai ilmu tashrif.
Dilansir dari NU Online, inilah cara membaca kitab kuning:
Agar dapat belajar dengan konsisten dan memahami isi kitab kuning, penting untuk menanamkan niat sejak awal. Niat yang kuat akan mempermudah pemahaman terhadap ilmu yang sedang dipelajari.
Dengan memiliki niat yang benar, segala hal yang kita lakukan dalam proses belajar akan menjadi lebih mudah dipahami dan dihayati.
Memiliki penguasaan atas ilmu nahwu dan sharaf adalah kunci untuk dapat membaca kitab kuning. Kedua ilmu tersebut menjadi fondasi utama dalam kaidah bahasa Arab, yang setara dengan "grammar" dalam bahasa Inggris.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan penting bagi para santri dalam mempelajari ilmu nahwu dan sharaf adalah Al-Jurumiyah, Matan Matnul Al Bina, dan Amtsilati Tasrifiyyah.
Kehandalan dalam memahami dan menguasai kedua ilmu ini menjadi pintu gerbang bagi para pelajar untuk memahami kitab kuning secara lebih mendalam.
Cara membaca kitab kuning selanjutnya yakni membaca serta menghafal kosa kata bahasa Arab secara intensif. Hal ini dapat dicapai dengan membaca secara aktif dan mengartikan kosa kata tersebut.
Salah satu metode yang efektif untuk menghafal adalah dengan membaca makna kata Arab sebanyak tujuh kali berulang-ulang, sehingga secara otomatis akan tertanam dalam ingatan. Sebagai contoh, ketika kata "abun" yang berarti "bapak" dibaca tujuh kali, maka akan mudah dihafal.
Ini merupakan etika yang penting bagi seorang santri ketika membaca atau menghafal kitab kuning. Salah satu bentuk penghormatan kepada pengarang kitab adalah dengan membaca Al-Fatihah untuk pengarang seperti Syekh Abu Suja dalam kitab Taqrib.
Dalam tradisi santri NU, menjaga sanad keilmuan dengan tawasul merupakan wujud penghormatan kepada para ulama.
Selain itu, lingkungan yang baik juga berperan penting. Lingkungan yang baik akan menciptakan kepribadian yang baik pula. Lingkungan pondok pesantren merupakan salah satu lingkungan yang baik yang dapat memberikan motivasi untuk membaca kitab kuning.
Dengan tinggal di pesantren dan berinteraksi dengan kitab kuning setiap harinya, kita akan terbiasa dan menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif untuk memperdalam pemahaman dan pembacaan kitab kuning.