JAKARTA, iNews.id - Bacaan takbiran Idul Fitri lengkap beserta latin dan artinya patut disimak. Bacaan takbiran Idul Fitri dapat menjadi panduan untuk menyerukan takbir di malam Idul Fitri.
Umat Islam di Indonesia kini sedang menantikan kepastian Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H / 2023. Pemerintah belum menetapkan lebaran Idul Fitri karena masih menunggu hasil rukyatul hilal dan sidang isbat yang akan dilaksanakan pada Kamis 20 April 2023.
Takbiran menjadi ibadah yang dilakukan sebelum dan saat Hari Raya Idul Fitri. Lantunan takbir biasanya mulai dikumandangkan setelah sholat Isya sampai dengan menjelang Sholat Idul Fitri.
Melafalkan takbir alias takbiran adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh syariat dalam memperingati hari raya, termasuk Idul Fitri.
Allah berfirman, yang artinya: “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185)
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan lalu beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai shalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah)
Takbiran Idul Fitri dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja alias tidak harus di masjid.
Arab : اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر ,اللهُ اَكْبَر وَللهِ الحَمْدُ
Latin: Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar. Laailaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar walillahilhamdu.
Artinya: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar dan segala puji hanya bagi Allah”.
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر وَللهِ الحَمْدُ
Latin: Allaahu akbar kabiiraa, walhamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa ashiilaa, laa ilaaha illallaahu wa laa na‘budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahud diina wa law karihal kaafiruun, laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar walillaahil hamdu.
Artinya, “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memporak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah mahabesar dan hanya bagi Allah segala puji.”
Takbiran boleh dilakukan secara berjamaah atau sendirian, baik dengan suara keras ataupun suara lirih. Namun, pada umumnya takbiran boleh dilakukan secara berjamaah dan dengan suara keras sebagai bentuk syiar agama islam.
Takbiran di hari idul fitri dihentikan setelah selesai shalat id. Imam Ibnu Qudamah menukil keterangan Abul Khitab,
يكبر من غروب الشمس من ليلة الفطر إلى خروج الإمام إلى الصلاة، في إحدى الروايتين. وهو قول الشافعي. وفي الأخرى إلى فراغ الإمام من الصلاة
Dianjurkan banyak bertakbiran sejak terbenamnya matahari di malam idul fitri, hingga imam mulai mengerjakan shalat, menurut salah satu riwayat (dari imam Ahmad). Dan ini merupakan pendapat as-Syafi'i. Sementara dalam keterangan yang lain, takbir dihentikan hingga selesainya imam mengerjakan shalat id. (al-Mughni, 2/274).