Dilansir dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah-KTB (PISS KTB), salah satu keistimewaan shalawat ini disebutjan dalam kitab Bughya Ahl Al-'ibadah wa Al-Aurad Syar Ratib Qutb Zamanih Al-Haddad karya Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Haddad dikisahkan Imam Al Bushiri menyusun shalawat ini di pinggir pantai.
Ketika sampai pada syair no.34 yang berbunyi : "Tsummash-sholatu'alal-mukhtarima thala'at, syamsun-nahari wa ma qad sya'sya'al qamaru, tiba-tiba dari tengah laut datang seorang laki-laki yang berlari di atas air menghampirinya sambil berdiri di hadapannya sambil berkata "Cukup, akhirilah shalawatmu sampai bait ini, karena kamu telah membuat lelah para malaikat yang mencatat keutamaan pahala shalawat ini.
Imam Bushiri pun segera menutup shalawatnya dengan permohonan ridho Allah untuk keluarga Rasulullah dan para Sahabatnya. Imam Bushiri menghembuskan nafas terakhir di kota Iskandariyah, Mesir, pada tahun 696 H atau 1296 M.
Imam Bushiri dimakamkan di samping sebuah masjid besar yang bersambung dengan makamnya, tak jauh dari masjid dan makam sang guru, Syaikh Imam Abu Al-Abbas Al-Mursi.
Wallahu a'lam