Hadits juga mendukung pandangan ini, dengan banyak riwayat yang menegaskan posisi Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, termasuk hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang haji wada’ (perpisahan) Nabi Muhammad SAW.
Gelar Khatam an-Nabiyyin menegaskan bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW, yang berarti wahyu ilahi telah lengkap dan sempurna dengan turunnya Al-Qur’an. Ini menandai penutupan era kenabian dan dimulainya fase baru dalam sejarah keimanan, di mana manusia diharapkan mengikuti ajaran yang telah disempurnakan dan diabadikan dalam Al-Qur’an.
Fatwa Syaikh Dr. Muhammad bin Abdullah al-Qannash, staf pengajar di Universitas al-Qashim, KSA menyebutkan, bahwa banyak sekali hadits-hadits Mutawatir dari Nabi SAW yang menunjukkan bahwa beliau adalah penutup para nabi dan utusan.
Di antaranya, hadits di dalam ash-Shahihain; al-Bukhari (3535) dan Muslim (2286), dari hadits Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku adalah seperti perumpamaan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, lalu ia membuatnya dengan baik dan indah kecuali tempat sebuah ubin di satu pojok. Lalu orang-orang berkumpul di situ dan kagum terhadapnya seraya berkata, ‘Kenapa ubin ini tidak diletakkan (sekalian).!’” Beliau menjawab, “Akulah ubin itu dan akulah penutup para nabi.”
Di dalam ash-Shahihain; al-Bukhari (4896) dan Muslim (2354) dari hadits Jubair bin Muth’im RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah ‘al-Mahi,’ yang dengannya Allah menghapus kekufuran, aku adalah ‘al-Hasyir’, di mana manusia dikumpulkan di atas kedua kakiku dan aku adalah ‘al-‘Aqib’.” Al-‘Aqib adalah orang yang tidak ada nabi setelahnya.