Menurutnya, tantangan santri di era digital terletak pada kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan nilai-nilai pesantren.
“Dulu santri sulit mendapat informasi, sekarang justru banjir informasi. Jangan sampai nilai-nilai pesantren hilang karena kebebasan yang tidak terkendali,” ujarnya.
Sunanto, yang juga pengurus Institute for Humanitarian Islam (IFHI), mengingatkan agar santri tetap menjaga identitas dan karakter kepesantrenan saat kembali ke masyarakat. “Ketika keluar dari pesantren, santri harus bisa membawa nilai-nilai itu untuk bersaing di dunia luar,” katanya.
Dia juga menekankan pentingnya transformasi pendidikan pesantren yang mampu memadukan ilmu agama dengan ilmu umum.
“Pesantren harus beradaptasi dengan cara-cara baru. Teknologi tidak boleh menghambat kemandirian santri, justru harus dimanfaatkan untuk memperkuatnya,” katanya.
Konten kreator yang juga alumni santri asal Bone, Sulawesi Selatan, Rinaldi Nur Ibrahim mengungkapkan, santri generasi saat ini harus bisa menguasai semua hal, tidak hanya dalam bidang agama. “Saya dulu bercita-cita ingin jadi orang berpengaruh. Saya coba wujudkan dan ternyata alhamdulillah berhasil,” katanya.
Rinaldi memberikan tips kepada santri Gen Z untuk mewujudkan cita-citanya. “Kuncinya jangan batasi diri kita,” ucapnya.