Ketika Nabi Ibrahim sudah tidak berdaya menghadapi ayahnya yang terlibat dalam melestarikan kemusyrikan dengan membuat patung, dan tidak berkekuatan menghadapi Namrudz, penguasa Tiran, yang pernah berusaha membakarnya dalam kobaran api, ia pun menyatakan;
وَقَالَ اِنِّيْ ذَاهِبٌ اِلٰى رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
Artinya : “Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (As-Saffat [37]: 99).
Dengan ungkapan berbeda,
فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Artinya : “Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana” (QS. al-'Ankabut/29: 26).
Demikian pula, ketika beberapa pemuda (ashhabul kahf) melarikan diri, berhijrah dari kehidupan yang membelenggu kebebasan beragama, dengan melarikan diri ke sebuah gua. Satu pertanda bahwa manusia tidak bisa menerima penindasan, apa pun bentuknya, dan tidak mau menjadi korban kesewenangwenangan. Jadi, esensi hijrah adalah perubahan ke arah yang lebih baik, dengan berpindah dari satu tempat atau keadaan kepada tempat atau keadaan lain.
Kata hijrah dalam al-Qur'an banyak disebut secara bergandengan dengan kata iman dan jihad. Sebagai contoh:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan” (QS. at-Taubah/9: 20)
Ini menunjukkan bahwa hijrah dan sikap perlawanan terhadap berbagai bentuk kezaliman dan kemaksiatan merupakan buah dari keimanan yang tulus dan sejati. Seorang Muslim yang baik pasti tidak akan pernah tinggal diam menyaksikan berbagai kezaliman dan penindasan, terutama kepada kaum lemah. Seorang Muslim yang baik tidak pernah merasa nyaman ketika berada dalam kemaksiatan. Penyebutannya yang sering diikuti dengan kata jihad menunjukkan bahwa hijrah memerlukan perjuangan dan pengorbanan.
Hijrah dalam kehidupan manusia dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Obyeknya bisa berupa tempat, dan bisa berupa keadaan. Bisa dilakukan secara fisik/ material dan bisa dilakukan secara maknawi / spiritual. Hijrah secara fisik/ materil dari Mekkah ke Madinah, telah dinyatakan selesai dengan ditaklukkannya kembali kota Mekkah pada tahun ke-8 hijriah. Yang tersisa adalah hijrah secara mental-spiritual.