Wregas Bhanuteja sudah menyukai film sejak kecil, bahkan saat SMA ia pernah membuat film pendek bersama teman-temannya. Wregas adalah sutradara film Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di Semaine de la Critique, Festival Film Cannes 2016 lewat film pendeknya yang berjudul Prenjak (In The Year of Monkey).
Pada film yang sama, ia berhasil memenangkan penghargaan Leica Cine Discovery Prize sebagai film pendek terbaik di festival tersebut.
Sementara film panjang pertamanya berjudul Penyalin Cahaya pada 2021 usai premiere di Busan International Film Festival 2021, film ini berhasil memenangkan 12 Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2021, Wregas pun terpilih sebagai Sutradara Terbaik.
Sejak kuliah, Wregas juga sudah banyak mengukir prestasi lewat film yang digarapnya, bahkan ia dinobatkan menjadi sutradara termuda yakni di usia 22 tahun dalam kompetisi di 65th Berlin International Film Festival 2015 pada kategori Berlinale Shorts Competition.
Pada 2014, Film pendek Wregas berjudul Lembusura, yang merupakan perpaduan antara fiksi dan dokumenter, berkisar tentang letusan Gunung Kelud, masuk seleksi di festival ini, meski dengan biaya produksi hanya sekitar tiga puluh lima ribu rupiah.
Pada 2015, Wregas membuat film Lemantun untuk tugas akhirnya dan mendapat banyak penghargaan di berbagai festival film pendek, antara lain sebagai film pendek terbaik di XXI Short Film Festival 2015 dan film pendek terbaik di Apresiasi Film Indonesia 2015 serta Film Pendek Terbaik Piala Maya FFI 2015. Film ini juga sukses borong penghargaan kelompok Cinema XXI Short Film Festival di semua kategori juri.