Prolonged fasting yang dijalani Ashanty terbukti membawa dampak positif bagi kesehatan manusia. Tak hanya membantu proses menurunkan berat badan, tapi juga memaksimalkan fungsi organ tubuh manusia.
Dalam laporan yang diterbitkan di National Library of Medicine, puasa berkepanjangan (prolonged fasting) dikerjakan umumnya dalam durasi 5 hingga 20 hari. Dengan durasi tersebut, tubuh menghasilkan peningkatan keton dan terjadi penurunan berat badan ringan hingga sedang sebesar 2 hingga 10 persen.
"Sekitar dua per tiga dari berat badan yang hilang adalah massa ramping, dan sepertiganya adalah massa lemak. Kehilangan massa ramping yang berlebihan menunjukkan bahwa puasa berkepanjangan dapat meningkatkan pemecahan protein otot," ungkap laporan tersebut.
Lalu, manfaat lainnya adalah tekanan darah sistolik dan diastolik secara konsisten menurun dengan puasa berkepanjangan. Namun, dampak protokol ini pada lipid plasma kurang jelas.
Sementara beberapa uji coba menunjukkan penurunan kolesterol LDL dan trigliserida, yang lain tidak menunjukkan manfaat. Mengenai kontrol glikemik, penurunan glukosa puasa, insulin puasa, resistensi insulin, dan hemoglobin terglikasi (HbA1c) dicatat pada orang dewasa dengan normoglikemia.
"Sebaliknya, faktor-faktor glukoregulasi ini tetap tidak berubah pada pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2," tambah laporannya.
Efek dari pemberian makanan kembali juga diperiksa dalam beberapa uji coba. Didapat bahwa tiga hingga empat bulan setelah puasa selesai, semua manfaat metabolik tidak lagi diamati, bahkan ketika penurunan berat badan dipertahankan.
Mengenai efek samping, asidosis metabolik, sakit kepala, insomnia, dan rasa lapar diamati dalam beberapa penelitian. Singkatnya, puasa yang berkepanjangan tampaknya merupakan terapi diet yang cukup aman yang dapat menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan secara klinis (>5%) selama beberapa hari atau minggu.
"Namun, kemampuan protokol ini untuk menghasilkan perbaikan berkelanjutan dalam penanda metabolik memerlukan penyelidikan lebih lanjut," ungkap laporannya.
Ashanty melakukan prolonged fasting dengan tetap mengonsumsi cairan. Jadi, dirinya hanya makan di awal sebelum puasa dimulai. Lalu, selama 100 jam puasa, dirinya mengonsumsi air putih, teh (green tea), dan kopi hitam. Semua cairan tersebut diperhatikan kalorinya dan tidak mengandung gula sama sekali.