JAKARTA, iNews.id - Deretan senjata Iran yang ditakuti Amerika Serikat (AS) menarik diketahui di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Bagi AS dan sekutunya Israel, Iran menjadi ancaman terbesar di kawasan.
Kekhawatiran AS dan Israel berkaitan dengan program nuklir Iran yang disebut-sebut diarahkan untuk membuat senjata, bukan saja kepentingan sipil. Iran selalu membantah sedang mengembangkan senjata nuklir.
Senjata Iran ditakuti Amerika Serikat yang dibahas pada artikel ini tentu saja bukan yang mengancam langsung teritori negeri Paman Sam, melainkan kepentingannya di kawasan. AS memiliki banyak pangkalan militer di Timur Tengah yang bisa saja menjadi target serangan Iran.
Selain itu, senjata-senjata tersebut bisa digunakan untuk menyerang Israel, termasuk mungkin jika Iran mengubah doktrin nuklirnya.
AS keluar dari kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) mengenai pengendalian program nuklir Iran. Sebagai imbalannya negara-negara Barat mencabut sanksi terhadap Iran
Kesepakatan yang melibatkan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB itu diteken pada 2015 di masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Namun Presiden Donald Trump menarik keanggotaan AS pada 2018 kemudian menjatuhkan sanksi kembali yang memukul perekonomian Iran.
Sebagai respons, Iran juga keluar dari kesepakatan dengan melakukan pengayaan uranium di atas ambang batas yang ditentukan dalam JCPOA. Para pejabat AS dan Israel menyebut, level uranium yang diperkaya tersebut telah mendekati kebutuhan untuk membuat senjata.
Namun Iran bisa saja mengubah doktrin nuklir jika eksistensi neganya diganggu Israel. Pada pertengahan April lalu, Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel melibatkan 200 lebih drone dan rudal balistik. Serangan itu sebagai balas dendam atas gempuran militer Zionis terhadap kantor misi diplomatik Iran di Damaskus, Suriah.
Meski demikian, Iran menegaskan serangan saat itu bukan bertujuan untuk menghancurkan, melainkan sekadar memberi kejutan bagi negara Yahudi itu.
Kamal Kharrazi, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, pada Mei lalu mengatakan, negaranya belum punya rencana untuk membuat senjata nuklir. Namun jika terancam oleh Israel, sikap itu bisa saja berubah.
“Kami tidak punya keputusan untuk membuat bom nuklir, tapi jika eksistensi Iran terancam, tidak ada pilihan selain mengubah doktrin militer kami,” kata Kharrazi.
Dia memberi isyarat bahwa Iran punya kemampuan membuat senjata nuklir.
“Jika terjadi serangan terhadap fasilitas nuklir kami oleh rezim Zionis (Israel), (sistem) pencegahan kami bisa berubah,” kata Kharrazi, merujuk pada fatwa Khamenei.
Khamenei pada 2000-an mengeluarkan fatwa yang melarang pengembangan senjata nuklir. Dia mengulangi kembali sikap itu pada 2019.
"Membuat dan menimbun bom nuklir adalah salah dan menggunakannya adalah haram. Meskipun kita punya teknologi nuklir, Iran dengan tegas menghindarinya," kata Khamenei, saat itu.
Terlepas dari senjata nuklir, Iran memiliki rudal-rudal pembawa hulu ledak konvensional yang tak kalah mematikan.
Sejjil merupakan rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat. Pengembangan rudal Sejjil kemungkinan dimulai pada akhir 1990-an dengan desain yang diambil dari rudal-rudal Iran sebelumnya, seperti rudal balistik jarak pendek (SRBM) Zelzal.
Rudal Sejjil memiliki panjang 18 m, diameter 1,25 m, dan berat peluncuran keseluruhan 23.600 kg. Rudal ini dapat membawa muatan sekitar 700 kg dengan jangkauan hingga 2.000 km.
Khaibar, juga dikenal dengan Khorramshahr-4, adalah rudal balistik jarak menengah dari generasi keempat keluarga Khorramshahr. Diproduksi oleh Kementerian Pertahanan Iran, rudal ini memiliki jangkauan 2.000 km dan kemampuan membawa hulu ledak seberat 1.500 kg.
Nama Khorramshahr diambil dari kota di Iran, lokasi pertempuran sengit selama Perang Irak-Iran pada 1980-an.
Rudal Emad merupakan pengembangan signifikan dalam program rudal Iran dengan jangkauan sekitar 1.700 km dan bisa menggendong hulu ledak 750 kg.
Rudal ini merupakan varian dari Shahab-3, yang dimodelkan berdasarkan rudal Nodong milik Korea Utara. Emad merupakan rudal balistik permukaan ke permukaan pertama Iran yang presisi dan memiliki jarak jauh.
Emad dilengkapi teknologi yang memungkinkannya bisa bermanuver sehingga yang meningkatkan akurasinya hingga 500 meter dari targetnya.
Shahab-3 merupakan rudal balistik jarak menengah berbahan bakar cair. Rudal yang bisa dibawa di jalan raya menggunakan kendaraan ini dikembangkan berdasarkan basis Nodong-1 milik Korut.
Shabab-3 memiliki jangkauan 1.000 km saat muatannya hulu ledaknya 1.200 kg. Bisa juga menjangkau target 2.000 km dengan muatan hulu ledak lebih ringan.
Kelebihan dari rudal ini adalah menggunakan teknologi pemandu dari China untuk meningkatkan akurasi serangan secara signifikan. Sasaran utama dari Shahab-3 adalah pangkalan udara atau target lain yang memiliki area luas.
Shahab-3 dioperasikan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), bukan tentara konvensional, Artesh.