JAKARTA, iNews.id - Apa itu HAARP? Pertanyaan ini belakangan muncul dikaitkan dengan gempa Turki pada 6 Februari 2023. Gempa dahsyat bermagnitudo 7,8, disusul 7,7, serta ribuan guncangan susulan lainnya itu merenggut lebih dari 34.000 nyawa hingga sepekan pascakejadian.
Banyak yang mengaitkan gempa bumi tersebut dengan salah satu teknologi rekayasa cuaca milik Amerika Serikat (AS) yakni HAARP.
HAARP merupakan singkatan dari High-frequency Active Auroral Research Program atau Program Penelitian Auroral Active Frekuensi Tinggi. Ini merupakan penelitian ionosfer supercanggih milik AS.
Situs web resmi University of Alaska Faibanks menjelaskan, HAARP bertugas untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer. Bersamaan dengan atmosfer atas yang netral, ionosfer bertugas untuk membentuk batas antara atmosfer bawah Bumi dan ruang hampa udara.
Program yang didirikan pada 1993 ini didanai oleh beberapa organisasi militer AS. Pembangunan HAARP menelan biaya 290 juta dolar AS.
Komponen utama pada HAARP adalah Ionospheric Research Instrument (IRI) yakni susunan dari 180 antena radio yang tersebar di area seluas 33 hektare. IRI mentransmisikan frekuensi berkuatan antara 2,7 sampai 10 MHz menggunakan daya 3,6 MW.
Antena HAARP dapat menembakkan frekuensi gelombang radio rendah maupun tinggi ke atmosfer bumi. Tujuannya memengaruhi ionosfer dan stratosfer yang merupakan bagian penting dari atmosfer. Begitu gelombang radio ditembakkan akan membuat ionosfer hangat lalu memantul lagi ke bumi dan menciptakan awan dan molekul lain sehingga bisa memanipulasi cuaca.
Dari sini jelas apa itu fungsi HAARP, yakni menciptakan atau mengubah iklim, cuaca, serta membuat awan serta hujan buatan. Dengan kemampuan tersebut, HAARP diduga bisa merekayasa bencana buatan di wilayah tertentu, baik dalam skala kecil maupun besar, seperti hujan, badai, tornado, bahkan gelombang tinggi atau tsunami. Tak heran HAARP diterpa sejumlah teori konspirasi.
Ada yang menuding HAARP adalah pihak yang harus disalahkan atas tanah longsor di Filipina pada 2006 serta gempa bumi dan tsunami di Jepang pada 2011.
Pada 2010, presiden Venezuela Hugo Chaves menyalahkan HAARP atas gempa Haiti. Selain itu, ada pula teori konspirasi yang menyatakan HAARP mampu mengontrol pikiran hingga mengubah tatanan realitas.
Karena kekuatannya yang cukup besar, sebagian orang juga menuding HAARP sebagai penyebab gempa di Turki dan Suriah. Meski begitu, tak ada bukti nyata dan konkret bisa menjawab tudingan tersebut.
Sebenarnya, pada 2014 HAARP hampir tidak digunakan lagi karena Angkatan Udara AS tidak lagi tertarik pada pengoperasiannya. Namun, pada 2015 HAARP dipindahkan ke University of Alaska Faibanks.
Penyebab gempa Turki...