YEREVAN, iNews.id – Armenia tampaknya tak puas dengan Rusia dalam merespons konflik antara Yerevan dengan Azerbaijan. Barat pun kini mulai ikut campur dalam perseteruan dua negara bekas Uni Soviet itu.
Kantor berita Interfax melaporkan, seorang pejabat senior Armenia menyatakan ketidaksenangannya dengan tanggapan aliansi militer pimpinan Rusia, CSTO, atas konflik di perbatasan Armenia dan Azerbaijan.
Sebelumnya, Yerevan telah meminta CSTO alias Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif untuk campur tangan dalam konflik itu. Akan tetapi, sampai sejauh ini, aliansi pertahanan itu baru cuma sebatas mengirim tim pencari fakta ke wilayah perbatasan tersebut.
“Kami sangat tidak puas, tentu saja. Harapan kami tidak dapat terpenuhi,” kata Ketua Parlemen Armenia, Alen Simonyan, kepada stasiun televisi nasional setempat, Jumat (16/9/2022).
Dia lantas mengibaratkan CSTO senjata tumpul yang tak bisa digunakan untuk menghalau musuh.
Untuk sekadar diketahui, CSTO adalah pakta pertahanan bentukan Rusia yang beranggotakan enam negara—yang semuanya adalah bekas Uni Soviet. Keenam negara itu adalah Armenia, Belarusia, Kirgizstan, Kazakhstan, Rusia, dan Tajikistan.
CSTO dibentuk Moskow sebagai pesaing NATO, aliansi militer bentukan AS di Barat. Azerbaijan juga pernah menjadi anggota CSTO, namun memutuskan keluar sejak 1999.
Simonyan menekankan, Armenia memiliki perjanjian tentang bantuan timbal balik dengan Rusia terkait pertahanan. “Karena itu, kami mengharapkan langkah yang lebih nyata dari mitra Rusia kami, bukan hanya pernyataan atau ungkapan yang setengah-setengah,” ucapnya.