WELLINGTON, iNews.id - Pemerintah Selandia Baru melarang peredaran video game yang terinspirasi dari penembakan jamaah masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019. Peristiwa itu menyebabkan 51 orang meninggal dan 49 lainnya luka.
Kepala badan sensor David Shanks menyebut video game itu menjijikan. Isinya merupakan permainan menembak yang menjadikan orang selain kulit putih sebagai sasarannya.
"Pembuat mulai memproduksi dan menjual game yang dirancang untuk memosisikan pemain dalam peran sebagai pembunuh teroris supremasi kulit putih. Siapa pun yang bukan laki-laki heteroseksual berkulit putih merupakan target," ujar Shanks, dikutip dari DPA, Kamis (31/10/2019).
Dia memastikan sebagian besar warga Selandia Baru bisa mendapatkan permainan tersebut dan dia yakin mereka tidak ingin membukanya.
Selain itu, kata Shanks, pihaknya melarang peredaran dokumen yang sempat dibagikan oleh seorang pria pelaku penembakan di sinagog dan gerai kebab di Halle, Jerman, yang menewaskan dua orang pada awal bulan ini.