Strategi ini berlangsung bersamaan dengan kampanye yang menampilkan pasar dan restoran di Gaza yang tampak normal, bertujuan membantah laporan resmi PBB mengenai bencana kelaparan. Investigasi menemukan, antara Agustus hingga awal September 2025, video-video tersebut ditayangkan lebih dari 30 juta kali melalui promosi berbayar.
Menurut data Pusat Transparansi Iklan Google, sejak awal 2025 Israel telah mensponsori lebih dari 4.000 iklan, separuhnya ditujukan ke audiens internasional. Selain mengubah persepsi publik soal Gaza, iklan juga diarahkan untuk mendiskreditkan pihak-pihak yang menyuarakan kritik terhadap Tel Aviv.
Temuan ini memperlihatkan bahwa konflik Gaza kini tidak hanya terjadi di medan perang, melainkan juga di ranah digital. Israel menjadikan platform global sebagai sarana untuk membentuk opini dunia sekaligus membungkam suara penentang.