Partai Demokrat Liberal yang berhaluan tengah diperkirakan memperoleh 61 kursi. Sementara partai beraliran sayap kanan radikal, Reformasi Inggris, yang dipimpin oleh pendukung utama Brexit, Nigel Farage, diperkirakan memenangkan 13 kursi.
Hasil exit poll ini juga menunjukkan bahwa perilaku memilih masyarakat Inggris berbeda dengan fenomena di negara Eropa Barat lain yang justru memperlihatkan tren penguatan konservatisme dan nasionalisme ekstrem. Secara keseluruhan, pemilih di Inggris telah mengalihkan dukungannya ke sayap kiri-tengah, tidak seperti di Prancis, Belanda, dan beberapa negara lain yang memberikan kemenangan kepada kelompok sayap kanan radikal.
Di Prancis misalnya, partai anti-Islam National Rally pimpinan Marine Le Pen meraih kemenangan bersejarah dalam pemilu putaran pertama pada Minggu (30/6/2024) lalu.
Bukan hanya Partai Konservatif yang suaranya diprediksi ambruk. Partai Nasional Skotlandia yang pro-kemerdekaan diperkirakan hanya meraih 10 kursi. Ini adalah pencapaian terburuk sejak 2010, setelah periode kekacauan yang menyebabkan dua pemimpin mengundurkan diri dalam waktu kurang dari setahun.
Dalam enam pemilu terakhir di Inggris, hanya satu exit poll yang memberikan hasil yang salah. Dan kita tidak perlu menunggu waktu lama untuk menguji akurasi exit poll pemilu kali ini, karena pengumuman hasil resmi akan menyusul dalam beberapa jam ke depan. Tidak seperti pemilu di Indonesia yang mesti menunggu berminggu-minggu.
"Jika exit poll ini benar, maka ini adalah kekalahan bersejarah bagi Partai Konservatif, salah satu kekuatan paling tangguh yang pernah kita lihat dalam sejarah politik Inggris," kata Keiran Pedley selaku direktur riset Ipsos, lembaga yang melakukan exit poll itu, kepada Reuters.