Menghadapi insiden semacam ini, pemerintah Jepang melakukan sejumlah langkah. Di antaranya, mereka menambah jumlah guru dan mengubah tugas menjadi bentuk digital.
"Langkah-langkah untuk mereformasi kondisi kerja guru sedang mengalami kemajuan," kata Menteri Pendidikan Keiko Nagaoka kepada parlemen pada bulan Oktober.
Data dari Kementerian Pendidikan Jepang menunjukkan jam lembur berkurang. Tapi sayangnya, para ahli mengatakan hanya sedikit yang berubah secara fundamental.
Menurut konsultan manajemen sekolah, Masatoshi Senoo, guru di Jepang menjadi banyak tugas lantaran harus membagikan makan siang, membimbing siswa untuk membersihkan, dan mengawasi siswa saat pergi dan pulang sekolah.
“Guru terkadang harus memikul tanggung jawab orang tua. Mereka bahkan diutus untuk meminta maaf kepada warga sekitar saat siswa melakukan kesalahan di taman atau minimarket,” katanya.
Para ahli juga mengatakan, guru rentan terhadap kerja berlebihan karena undang-undang yang sudah berumur puluhan tahun mencegah mereka dibayar untuk jam lembur.
Sebaliknya, undang-undang menambahkan jumlah yang setara dengan 8 jam lembur ke gaji bulanan guru.
Menurut investigasi surat kabar Minichi, dari tahun 2006 hingga 2016, 63 guru sekolah umum meninggal karena terlalu banyak bekerja.