BAGHDAD, iNews.id – Garda Revolusi Iran (IRGC) mengklaim telah menyerang markas mata-mata Israel di Erbil, ibu kota wilayah semi-otonom Kurdistan Irak. Hal itu diungkapkan oleh media pemerintah republik Islam itu pada Senin (15/1/2023) malam.
“Rudal balistik digunakan untuk menghancurkan pusat spionase dan pertemuan kelompok teroris anti-Iran di wilayah tersebut malam ini,” kata IRGC dalam sebuah pernyataan, sambil merujuk pada badan intelijen Israel, Mossad.
Selain serangan di Erbil, berdekatan dengan Konsulat Jenderal Amerika Serikat, IRGC mengatakan mereka melancarkan serangan terhadap pelaku operasi teroris di Suriah, termasuk ISIS. Tidak ada fasilitas AS yang terkena dampak serangan rudal tersebut, kata dua pejabat AS kepada Reuters.
Serangan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran mengenai eskalasi konflik yang telah menyebar di Timur Tengah sejak perang antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas dimulai pada 7 Oktober. Para sekutu Iran juga ikut terlibat dalam konflik tersebut, mulai dari Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Iran, yang mendukung Hamas dalam perang dengan Israel, menuduh Amerika Serikat mendukung kejahatan zionis di Gaza.
Setidaknya empat warga sipil tewas dan enam luka-luka dalam serangan di Erbil, menurut Dewan Keamanan Pemerintah Kurdistan dalam sebuah pernyataan. Merekap un menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan.
Pengusaha multijutawan Kurdi, Peshraw Dizayee, dan beberapa anggota keluarganya termasuk di antara korban tewas, tewas ketika roket menghantam rumah mereka, kata sumber keamanan dan medis Irak. Dizayee diketahui dekat dengan penguasa Kurdistan dan memiliki bisnis yang memimpin proyek real estate besar di wilayah itu.
Selain itu, dikatakan bahwa satu roket jatuh di rumah seorang pejabat senior intelijen Kurdi dan satu lagi mengenai pusat intelijen Kurdi. Lalu lintas udara di bandara Erbil dihentikan, menurut sumber keamanan setempat.