Sementara itu, Hamas membantah tuduhan telah melanggar gencatan senjata. Hamas menuduh otoritas Israel membentuk, mempersenjatai, dan mendanai geng-geng kriminal yang melakukan pembunuhan, penculikan, dan membantu penjarahan.
Kelompok militan Palestina tersebut mengatakan bahwa pasukan polisi di Gaza sedang menjalankan tugas mereka dengan mengejar geng-geng tersebut untuk meminta pertanggungjawaban mereka.
"Gerakan ini menyerukan kepada pemerintah AS untuk berhenti mengulangi narasi menyesatkan pendudukan," kata Hamas.
Hamas juga menyebut bahwa keputusan Netanyahu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata dan penolakan terhadap komitmen yang telah dibuat kepada para mediator dan pihak penjamin.
Hamas juga menyatakan bahwa penutupan perlintasan Rafah yang berkelanjutan akan mencegah masuknya peralatan yang dibutuhkan untuk mencari dan menemukan lebih banyak jenazah sandera di bawah reruntuhan, dan dengan demikian akan menunda proses pemulihan dan penyerahan jenazah.
Sementara, Presiden AS Donald Trump akan mempertimbangkan untuk mengizinkan pasukan Israel melanjutkan pertempuran di Gaza jika Hamas gagal memenuhi kesepakatan gencatan senjata.