Pada Maret, dia secara blak-blakan mengkritik Israel, dengan mengatakan bahwa Israel tidak berbuat banyak untuk meringankan bencana kemanusiaan selama berlangsungnya operasi serangan darat zionis di Jalur Gaza. Belakangan pada bulan itu, dia juga mengatakan bahwa AS tidak menutup peluang untuk memberi sanksi Israel jika militer mereka melancarkan invasi besar-besaran ke Kota Rafah yang dipenuhi pengungsi di Jalu Gaza Selatan.
Pernyataan seperti itu telah meningkatkan kemungkinan bahwa Harris, sebagai presiden, mungkin akan mengambil retorika yang lebih keras terhadap Israel dibandingkan Biden. Meskipun Biden memiliki sejarah panjang dengan para pemimpin Israel dan bahkan menyebut dirinya seorang “zionis”, Harris tidak memiliki hubungan pribadi yang mendalam dengan negara Yahudi itu.
Dia menjalin hubungan lebih dekat dengan kelompok progresif Partai Demokrat, yang beberapa di antaranya telah menekan Biden untuk memberikan persyaratan pada pengiriman senjata AS ke Israel karena kekhawatiran akan tingginya korban sipil Palestina dalam konflik Gaza. Namun para analis memperkirakan tidak akan ada perubahan besar dalam kebijakan AS terhadap Israel, sekutu terdekat Washington DC di Timur Tengah.
Hal itu diungkapkan oleh Halie Soifer, penasihat keamanan nasional Harris selama dua tahun pertama saat sang wapres masih manjadi senator di Kongres AS dari 2017 hingga 2018. Dia mengatakan, dukungan Harris terhadap Israel sama kuatnya dengan dukungan Biden. “Benar-benar tidak ada cahaya matahari yang bisa ditemukan di antara keduanya,” ujarnya.