Jika Jadi Presiden AS, Kamala Harris Bakal Lebih Keras terhadap Israel daripada Joe Biden?
Biden juga mengirim Harris dalam perjalanan untuk memperkuat aliansi dengan Jepang dan Korea Selatan, sekutu utama yang mempunyai alasan untuk khawatir tentang komitmen Trump terhadap keamanan mereka.
“Dia menunjukkan kepada kawasan bahwa dia antusias untuk mempromosikan fokus Biden pada Indo-Pasifik,” ujar peneliti senior Program Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington, Murray Hiebert.
Meskipun tidak bisa menandingi kemampuan diplomatis yang telah dikembangkan Biden selama beberapa dekade, Harris dianggap Hiebert telah bekerja dengan baik dalam menyampaikan kebijakan luar negeri AS kepada komunitas internasional.
Namun, seperti Biden, Harris kadang-kadang juga rawan salah ucap. Insiden “keselip lidah” itu salah satunya terjadi ketika dia melakukan tur Zona Demiliterisasi antara Korea Selatan dan Korea Utara pada September 2022. Harris secara keliru menyebut-nyebut “aliansi AS dengan Republik Korea Utara”—yang kemudian dikoreksi oleh para ajudannya. Padahal, ketika iut dia bermaksud untuk menegaskan kembali dukungan Washington DC terhadap Seoul.
Penanganan konflik Palestina-Israel
Jika Harris berhasil menjadi bos Gedung Putih, para analis memperikirakan konflik Palestina-Israel akan menjadi agenda utamanya, terutama jika perang Gaza masih berkecamuk. Meskipun sebagai wakil presiden dia sebagian besar senada dengan Biden yang secara tegas mendukung “hak” Israel untuk mempertahankan diri menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, perempuan itu kadang-kadang melangkah lebih maju daripada presiden itu sendiri dalam mengkritik pendekatan militer zionis.