TEL AVIV, iNews.id - Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Avigdor Lieberman menyampaikan kritik tajam terhadap strategi militer Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam perang di Jalur Gaza.
Dia menegaskan bahwa tujuan Netanyahu untuk “melenyapkan Hamas” tidak realistis, kecuali satu syarat utama dipenuhi: pembebasan seluruh sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah KAN, Lieberman mengklaim bahwa Netanyahu sengaja memperpanjang konflik demi keuntungan politik menjelang pemilu.
“Netanyahu ingin memperpanjang perang hingga pemilu,” ujar Lieberman, dikutip Senin (21/7/2025).
Meski tidak menjelaskan secara rinci apakah yang dimaksud adalah pemilu reguler pada akhir 2026 atau kemungkinan pemilu dini yang digelar akhir 2025 atau awal 2026, Lieberman menegaskan bahwa manuver politik semacam itu tidak akan membebaskan Netanyahu dari tuntutan hukum setelah perang selesai, atau paling tidak, setelah para sandera dibebaskan.
Lebih lanjut, Lieberman mengatakan dengan tegas bahwa melenyapkan Hamas seperti yang diklaim sebagai tujuan utama perang adalah hal mustahil jika Israel belum menyelesaikan persoalan penyanderaan.
“Tidak mungkin melenyapkan Hamas kecuali semua sandera dibebaskan,” katanya.
Pembebasan para sandera hanya dapat dicapai melalui kesepakatan gencatan senjata. Namun, inilah titik krusialnya: Hamas menuntut syarat utama berupa penghentian perang secara permanen sebagai dasar dari kesepakatan gencatan senjata. Dengan kata lain, jika Israel tetap ingin membebaskan sandera namun menolak mengakhiri perang, maka tujuan itu akan selalu bertabrakan.