YANGON, iNews.id - Militer Myanmar menggunakan senjata untuk medan perang serta kekuatan mematikan lainnya dalam menangani demonstrasi anti-kudeta. Lebih dari 60 orang tewas sejak demonstrasi menentang penggulingan Aung Sang Suu Kyi pecah sejak sebulan terakhir.
Lembaga hak asasi manusia Amnesty International mengonfirmasi temuan itu berdasarkan pemantauan dengan melihat lebih dari 50 video.
Amnesty menyebut dari hasil pemantauan banyak pembunuhan yang dilakukan seperti eksekusi di luar hukum. Bukan hanya itu, militer Myanmar mengerahkan tentara yang biasa diterjunkan menghadapi konflik etnis.
Senjata-senjata mematikan itu digunakan oleh unit-unit militer yang sebelumnya dituduh melakukan kekejaman terhadap kelompok etnis minoritas, termasuk muslim Rohingya.
"Ini bukanlah kewalahan, petugas membuat keputusan yang buruk. Ini adalah komandan yang tidak menyesal telah terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, mengerahkan pasukan dan melakukan pembunuhan di tempat terbuka," kata Direktur Krisis Respons Amnesty International, Joanne Mariner, dikutip dari Reuters, Kamis (11/3/2021).