Hal ini menciptakan situasi bagi wabah terjadi, misalnya seperti mereka yang hidup di Republik Demokratik Kongo, Kyrgyztan, dan Madagaskar.
Akan tetapi, negara-negara yang lebih sejahtera dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga mengalami peningkatan kasus campak. Hal ini karena sekelompok orang lebih memilih untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka karena terpengaruh persebaran pesan anti-vaksin yang tidak benar di media sosial.
Perlu dicatat bahwa angka jumlah kasus campak tersebut hanya sementara. Menurut WHO, bisa saja angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
Campak sendiri sangat merugikan. Bahkan, penyakit itu membunuh sekitar 100 ribu orang, kebanyakan anak-anak, setiap tahunnya.
"Hal ini bisa dimengerti, di tengah situasi seperti sekarang ini, bagaimana orangtua khawatir akan kesehatan anak-anaknya bisa merasa tersesat, tetapi pada akhirnya, tidak ada yang perlu diperdebatkan jika menyangkut manfaat yang besar dari vaksin," sebut pemimpin WHO.