Sayangnya Facebook enggan membeberkan isi data yang diserahkan kepada IMM tersebut.
Perusahaan platform media sosial itu berkomitmen akan terus berkoordinasi dengan IMM dan menyediakan informasi yang sesuai terkait penyelidikan dugaan kejahatan internasional di Myanmar.
Penyelidik IMM mengatakan Facebook turut berperan menyebarkan ujaran kebencian yang memicu kekerasan terhadap Rohingya. Facebook pada 2018 telah menghapus 18 akun dan 52 laman yang terhubung dengan militer Myanmar, termasuk laman pejabat.
Meskipun akun dan laman dihapus, Facebook masih menyimpan data-data terkait.
Kepala IMM mengatakan Facebook belum menyerahkan data-data ke PBB, meskipun perusahaan itu berjanji akan bekerja sama. Namun pada Selasa dia mengonfirmasi telah menerima kelompok data pertama, meskipun hanya memenuhi sebagian permintaan.
“Saya berharap langkah ini berlanjut pada sikap kooperatif sehingga kami dapat mengakses bukti kejahatan internasional serius yang penting dan relevan,” kata kepala IMM, dikutip dari Reuters, Rabu (26/8/2020).