"Setelah semua yang dilakukan para pemuda Tunisia di negara ini, sulit dipercaya bahwa keputusan masih bisa diambil berdasarkan undang-undang anti-kebebasan yang sudah usang," kata Bochra.
"Seolah tidak ada yang berubah, sepuluh tahun setelah revolusi, serta enam tahun setelah debat besar tentang kebebasan individu," ujarnya merujuk pada UU 2014 yang menjamin 'kebebasan berkeyakinan, serta perlindungan agama.
Senada dengan Bochra, Amnesty International juga mengecam otoritas hukum Tunisia yang menjatuhkan sanksi kepada Charki. Organisasi itu menilai tulisan Charki di media sosial tak ubahnya sindiran lucu untuk mengolok-olok situasi penanganan Covid-19 di Tunisia.
"Tidak ada hasutan kebencian atau kekerasan. Postingan itu dimaksudkan untuk lelucon dan pengingat agar tetap di rumah dan mencuci tangan," tulis pernyataan Amnesty International.
Di Tunisia, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 1.300 orang dan merenggut 50 korban.