NEW YORK, iNews.id - Dewan Keamanan PBB untuk pertama kali menggelar pertemuan membahas kecerdasan buatan (AI), Selasa (18/7/2023) waktu New York, Amerika Serikat (AS). Anggota-anggota tetap Dewan Keamanan PBB memperingatkan penggunaan teknologi ini yang bisa membahayakan.
Dalam pengarahannya, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, aplikasi AI militer maupun non-militer bisa menimbulkan dampak sangat serius bagi perdamaian dan keamanan global.
Dia mendukung seruan beberapa negara untuk membentuk badan khusus PBB yang baru. Perannya adalah mendukung upaya kolektif untuk mengatur penggunaan teknologi luar biasa ini. Badan khusus itu serupa dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris James Cleverly mengatakan, AI secara fundamental akan mengubah semua aspek kehidupan manusia. Inggris menjadi pemimpin Dewan Keamanan PBB selama Juli.
"Kita sangat perlu membentuk tata kelola global teknologi transformatif karena AI tidak mengenal batas," katanya, dikutip dari Reuters, Rabu (19/7/2023).
Dia mengakui, AI bisa membantu dalam mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan perekonomian. Namun di sisi lain, Cleverly memperingatkan AI juga bisa memicu disinformasi serta membantu oknum pemerintah maupun non-pemerintah mencari senjata.
Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menggambarkan AI sebagai pedang bermata dua. China mendukung langkah koordinasi terpusat PBB dalam menetapkan panduan pemanfaatan AI.
"Apakah itu baik atau buruk, baik atau jahat, bergantung pada bagaimana manusia menggunakan, mengatur, dan bagaimana kita menyeimbangkan pengembangan ilmiah dengan keamanan," kata Zhang.