KAMPALA, iNews.id - Jumlah korban tewas kerusuhan antara demonstran pendukung calon presiden oposisi dengan pasukan keamanan Uganda bertambah menjadi belasan orang. Polisi diberi izin memakai peluru karet dan gas air mata untuk meredam aksi massa.
Demonstrasi besar-besaran melanda sejumlah kota di Uganda, pengunjuk rasa menuntut pembebasan calon presiden Bobi Wine yang sudah dua kali ditangkap polisi karena dianggap melanggar protokol kesehatan di masa kampanye.
"Bobi Wine terus menerus melanggar pedoman pemilu tentang Covid-19, mengadakan rapat umum, prosesi, dan menjamu lebih dari 200 orang yang direkomendasi per tempat kampanye," Kepala Polisi Kampala, Moses kata Kafeero, dikutip dari AFP, Jumat (20/11/2020).
"Sebagai penegak hukum, kami tidak bisa berdiri dan menonton saat para politisi mempertaruhkan nyawa warga Uganda dengan mendorong prosesi dan demonstrasi besar-besaran, yang memicu transimisi Covid-19," lanjutnya.
Bukan cuma massa capres Bobi Wine, massa aksi juga berasal dari kelompok pendukug capres Patrick Oboi Amuriat yang juga ditahan polisi karena tuduhan serupa.
Demonstran menganggap perlakuan aparat sebagai perpanjangan dari upaya calon presiden petahan Yoweri Museveni--yang berupaya melanjutkan periode keenam pemerintahannya--merusak citra serta lawan politiknya jelang Pilpres Uganda pada 14 Januari tahun depan.
Jumlah korban tewas bertambah, ratusan lainnya ditahan