JAKARTA, iNews.id - Saif Al Islam Khadafi, putra diktator Almarhum Muammar Khadafi, memastikan maju dalam pemilihan presiden (pilpres) Libya yang akan berlangsung pada 24 Desember 2021. Langkah Saif Al Islam untuk menjadi orang nomor 1 di Libya tak mudah, salah satunya karena sebagian warga negara Afrika itu masih trauma dengan kepemimpinan ayahnya yang keras.
Sebelum dan setelah ayahnya digulingkan dan dibunuh melalui pemberontakan kelompok yang didukung NATO pada 2011, Saif Al Islam dan saudara-saudaranya sempat hidup terkatung-katung, lari ke sana kemari untuk menghindari penangkapan.
Dia lalu ditangkap di Libya selatan pada November 2011, 3 bulan dalam pelarian atau beberapa pekan setelah kematian ayahnya. Itu merupakan akhir memalukan bagi sosok yang disebut-sebut sebagai pewaris kepemimpinan Libya, seandainya Khadafi tidak digulingkan.
Meskipun tidak memegang posisi resmi di pemerintahan Libya, Saif Al Islam sejak lama dipandang sebagai tokoh paling berpengaruh setelah ayahnya berkuasa pada 1969. Pria yang fasih bahasa Inggris itu bahkan dianggap sebagai wajah reformis pemerintah Libya.
Saat pemberontak mendekati Ibu Kota Tripoli, anak kedua dari sembilan bersaudara itu bersumpah untuk berjuang sampai mati melawan para milisi. Setelah anggota keluarga yang lain melarikan diri atau terbunuh, dia ditangkap di Kota Zintan.
Saif Al Islam dipenjara selama hampir 6 tahun. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati melalui sidang in absentia di Tripoli meskipun dia tak juga dieksekusi.