Setelah perjanjian ini, sanksi internasional bagi Libya dicabut dan sosok Saif Al Islam semakin menonjol baik secara politik maupun ekonomi. Libya juga akan memulai perubahan yang luar biasa.
Dia diketahui memiliki rumah di London, Inggris, dan menjalin hubungan dekat dengan beberapa politisi negara itu bahkan keluarga Kerajaan. Dia pernah bertemu Pangeran Andrew dua kali, yakni di Istana Buckingham dan Tripoli.
Hobinya tergolong ekstrem, Saif Al Islam memelihara dua harimau dan suka berburu dengan elang di padang pasir. Meskipun ekstrem, hobi ini sebenarnya biasa dilakoni para bangsawan Arab.
Pada beberapa kesempatan, Saif Al Islam selalu menyangkal dia berusaha mewarisi kekuasaan ayahnya. Dia menegaskan tampuk kekuasaan bukan seperti ladang untuk diwarisi.
Dia juga menyerukan reformasi politik, tema yang dibahas saat mendapatkan gelar doktor dari London School of Economics (LSE). Namun saat Saif Al Islam dituduh terlibat dalam kekerasan terhadap pengunjuk rasa oposisi, Direktur LSE Howard Davies mengundurkan diri dari jabatannya lantaran dikritik menerima sumbangan dari yayasan amal keluarga Khadafi.
University of London juga diminta untuk menyelidiki keaslian disertasi doktoral atau PhD Saif Al Islam, di tengah mencuatnya laporan plagiat. Namun penyelidikan itu dibatalkan.
Saif Al Islam lalu ditangkap pada 19 November 2011, sebulan setelah ayahnya dibunuh oleh kelompok pemberontak di kota kelahirannya, Sirte. Pemberontak mengklaim telah menangkapnya pada Agustus 2011 saat mereka masuk Tripoli, namun kebohongan itu terungkap.