Menurut Albayalde, pasutri tersebut masuk ke Pulau Jolo melalui jalur laut, yakni dari Pulau Lampinigan, Provinsi Basilan, pada 24 Januari 2019.
Mereka tinggal di Lampinigan selama beberapa hari. Namun Albayalde tak bisa memastikan, apakah pasutri itu datang ke Lampinigian langsung dari Indonesia, atau sudah tinggal di Mindanao sejak lama. Soal identitas, Albayalde menyebut sang pria memiliki nama panggilan Abu Hud.
Pada 26 Januari, mereka berangkat ke Jolo. Keesokan harinya, saat misa berlangsung pukul 08.45 waktu setempat, mereka beraksi dengan meledakkan bom bunuh diri.
Sementara itu berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, intelijen Filipina (NICA) belum mengetahui dasar penyampaian informasi oleh Mendagri Ano tentang keterlibatan WNI tersebut.
"Dengan demikian hingga saat ini belum dapat dipastikan adanya keterlibatan WNI dalam peristiwa pengeboman di Jolo," kata Harry.