Setiap tahunnya, kuil itu hanya dibuka untuk periode tertentu yang singkat.
Protes besar-besaran menyebabkan perempuan yang berusaha masuk ke kuil itu pekan lalu hanya sedikit dan yang mencoba melakukannya dihalau pulang.
Para pengunjuk rasa meyakini, keputusan pengadilan bertentangan dengan keinginan Dewa Ayappa sendiri, yang dianggap sebagai pelindung kuil itu.
Menurut para pengunjuk rasa, larangan perempuan memasuki Sabarimala bukan melulu menyangkut menstruasi, namun juga sesuai dengan keinginan dewa penguasa kuil yang diyakini menetapkan aturan yang jelas tentang tata cara ziarah untuk mencari berkahnya.
Menurut mitologi kuil, Ayyappa merupakan dewa lajang yang mengambil sumpah selibat, karenanya memberlakukan larangan masuk bagi perempuan ke kuilnya.
Hinduisme menganggap perempuan yang sedang haid sebagai najis dan melarang mereka ikut dalam ritual keagamaan.