Postingan Vavilova di akun media sosial sebelum ditangkap menunjukkan dia berada di lokasi yang sama dengan Durov, termasuk di Kazakhstan, Kirgistan, dan Azerbaijan. Vavilova juga mengunggah Story Instagram di lokasi yang diyakini sebagai jet pribadi Durov.
Sementara itu Telegram memastikan penangkapan sang CEO, atas berbagai tuduhan penyalahgunaan, tak berpengaruh terhadap layanan dan keamanan aplikasi pesan singkat tersebut.
Telegram juga menegaskan, tidak masuk akal menyalahkan platform maupun pemilik atas penyalahgunaan yang dilakukan pengguna. Platform aplikasi Telegram telah mematuhi aturan hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital.
"Praktik moderasinya sejalan dengan standar industri," bunyi pernyataan platform yang memiliki 1 miliar lebih pengguna di seluruh dunia tersebut.
Durov bersama saudaranya di Rusia mendirikan Telegram pada 2013. Aplikasi itu menawarkan enkripsi untuk pesan masuk dan keluar yang meningkatkan privasi bagi pengirim dan penerima. Perusahaan juga menolak memberikan data pengguna atau rekaman percakapan kepada penegak hukum.
Menurut Durov, kebijakan perusahannya itu sangat tidak diinginkan oleh badan intelijen seluruh dunia.