KOLOMBO, iNews.id - Keretakan hubungan antara presiden dan perdana menteri (PM) Sri Lanka menjadi sorotan publik setelah serangkaian ledakan bom menewaskan 290 orang di negara tersebut. Seorang menteri setempat mengatakan, perdana menteri tak diberi tahu soal pengarahan intelijen sejak dia berselisih dengan presiden.
Delapan bom mengguncang tiga gereja dan empat hotel mewah di Kolombo dan sekitarnya pada Minggu Paskah (21/4). Selain 290 orang meninggal, lebih dari 500 orang lainnya terluka.
Sejak 11 April 2019, intelijen Sri Lanka sudah mengirim peringatan soal kemungkinan akan adanya serangan teroris. Surat peringatan itu dikirim ke kepolisian.
Menurut surat yang dilihat Reuters, gereja-gereja kemungkinan akan diserang oleh kelompok Islamis lokal yang tidak banyak diketahui.
Namun, Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe belum diberitahu soal laporan intelijen tersebut. Menteri Kesehatan Rajith Senaratne mengatakan peringatan itu sejatinya berasal dari agen intelijen asing yang curiga dengan kelompok National Thowheeth Jama'ath (NTJ) atau Jamaah Tauhid Nasional.