BEIRUT, iNews.id - Operasi pencarian korban ledakan besar Beirut sudah berjalan sebulan. Tim pencari dari Cile mengatakan peralatan mereka mendeteksi tanda-tanda kehidupan dari bawah reruntuhan sebuah gedung.
Ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus lalu menewaskan 191 orang serta 6.000 orang mengalami luka-luka. Setelah insiden yang disebabkan terbakarnya 2.740 ton amonium nitrat, tim dari berbagai negara tiba di ibu kota Lebanon itu untuk melakukan pencarian dan evakuasi korban yang terjebak reruntuhan gedung.
Otoritas setempat pada Agustus lalu mengatakan mereka menerima setidaknya lebih dari 60 laporan orang hilang pascaledakan. Kemungkinan besar mereka adalah petugas pemadam kebakaran yang tengah bertugas di lokasi ledakan, serta warga sipil yang tertimpa gedung runtuh dihantam gelombang kejut ledakan.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (4/9/2020) siang WIB, tim pencari asal Cile, TOPOS mengatakan alat pemindai mereka melacak gelombang dan denyut nafas lemah di reruntuhan sebuah gedung.
Seorang petugas mengatakan tanda-tanda kehidupan tersebut nampaknya dari seorang anak-anak. Selain itu, alat pemindai juga mnendeteksi keberadaan setidaknya satu tubuh di dekatnya.