Para pejabat Israel lantas mencoba mengklarifikasi bahwa mereka tidak bermaksud menduduki Gaza setelah perang. Namun, mereka belum menjelaskan bagaimana mereka dapat menjamin keamanan tanpa mempertahankan kehadiran militer di sana. Israel menarik pasukannya dari Gaza pada 2005.
Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan Gaza adalah bagian integral dari negara Palestina. Gaza sendiri telah dikuasai Hamas sejak 2007.
Para pejabat tinggi, termasuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kembalinya PA ke Gaza harus disertai dengan solusi politik yang mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967.
“(Kami) tidak akan pergi ke Gaza dengan tank militer Israel,” kata Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, kepada PBS minggu ini.
“Kami akan pergi ke Gaza sebagai bagian dari solusi yang berkaitan dengan masalah Palestina, yang berkaitan dengan pendudukan,” ucapnya.
Hamas mengambil alih Gaza setelah perang saudara singkat pada 2007 dengan Partai Fatah pimpinan Abbas. Pembicaraan rekonsiliasi selama bertahun-tahun antara kedua pihak yang bersaing gagal mencapai terobosan untuk melanjutkan pemerintahan PA di Gaza. Namun, PA masih membayar listrik, air dan sebagian gaji pegawai negeri di Gaza.
Sejak 7 Oktober, lebih dari 10.000 warga Palestina telah tewas dalam pemboman tanpa henti oleh Israel di Jalur Gaza, rumah bagi 2,3 juta penduduk. Sekitar 40 persen dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak, kata otoritas Gaza.