WASHINGTON DC, iNews.id – Seorang imigran Afghanistan, Nasrat Ahmad Yar (31), ditemukan tewas di Washington DC, AS, awal pekan ini. Ironisnya, dia pernah menghabiskan hidupnya bertahun-tahun untuk membantu Amerika Serikat sebelum melarikan diri dari tanah airnya.
The Associated Press (AP) melansir, Ahmad Yar dulu bekerja dengan militer AS di Afghanistan. Hampir dua tahun lalu, dia lari ke Amerika demi mencari kehidupan yang lebih baik. Di negeri Paman Sam, dia mengais rezeki sebagai sopir taksi online. Dari pekerjaan itu, dia bahkan dapat menghidupi keluarganya yang masih tinggal di Afghanistan.
Pada Senin (3/7/2023) dia ditembak mati di Washington DC, ibu kota AS. Sampai hari ini, belum ada tersangka yang ditangkap aparat terkait pembunuhan lelaki Afghanistan itu.
Di mata orang-orang yang mengenalnya, Ahmad Yar dikenang karena kemurahan hatinya. Dia memang gemar membantu orang lain, apalagi para pengungsi Afghanistan yang senasib dengannya—yang kini mengadu nasib di AS.
Semasa masih tinggal di tanah airnya, Ahmad Yar bekerja sebagai penerjemah untuk militer AS. Namun, setelah AS menarik semua pasukannya dari Afghanistan yang kemudian disusul oleh pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, dia dan keluarganya melarikan diri ke Uni Emirat Arab (UEA). Selang beberapa waktu sesudahnya, mereka tiba di AS.
Keluarga itu awalnya menetap di Pennsylvania. Mereka lalu pindah ke Alexandria, sebuah kota di Virginia Utara, tepat di luar Washington DC. Salah satu sahabat Ahmad Yar, Amini, mengungkapkan bahwa temannya pernah dirampok di Pennsylvania. Peristiwa itulah yang mendorongnya pindah ke Alexandria.
Setelah pindah, Ahmad Yar tetap saja tidak merasa aman sepenuhnya. Dia dan Amini akhirnya bekerja sebagai supir taksi online di Virginia Utara. Seperti banyak anggota diaspora Afghanistan yang tinggal di daerah tersebut, mereka terus berkomunikasi melalui obrolan grup WhatsApp. Mereka juga sering berkumpul dan bermain bola voli setiap pekan.