Pada hari kejadian, Mahesa datang ke Monas bersama temannya dengan menaiki angkutan gratis yang disediakan panitia tanpa didampingi orang tua. Setelah puas berjalan-jalan di Monas, saat hendak pulang, Mahesa terpisah dari temannya. Dari situlah malapetaka bermula. Padatnya pengunjung di tempat wisata itu membuatnya terseret ke dalam kerumunan massa. Beberapa laporan menyebut Mahesa sempat pingsan, sebelum akhirnya dilarikan ke RSUD Tarakan dan meregang nyawa.
Namun, salah satu perwakilan Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) Pademangan yang mendampingi keluarga korban, Robi Andriana, mengungkapkan kronologi berbeda terkait meninggalnya Mahesa. Menurut dia, bocah itu tewas karena terinjak-injak massa pengunjung Monas saat berlangsungnya acara bagi-bagi sembako, Sabtu lalu.
“Kalau Mahesa itu memang ikut-ikutan. Karena ada kumpulan massa dia ikut, dan di sana itu saking banyaknya massa dia keinjek (terinjak) atau kenapa, tahu-tahu ditemukan sudah tidak bernyawa di pagar (Monas) dan dibawa Satpol PP ke RS Tarakan,” ujar Robi kepada wartawan, Rabu (2/5/2018).
Meski sudah tiga hari dimakamkan, para tetangga masih terus berdatangan ke rumah Mahesa untuk mengungkapkan rasa belasungkawa mereka. Sementara, sampai kemarin, orang tua korban masih belum dapat diajak berbicara lantaran duka teramat mendalam atas kehilangan putra yang mereka cintai.