Pinjaman itu dia maksimalkan untuk menambah modal usaha tahu, karena sudah banyak permintaan."Pinjam untuk tambahan modal dan membuka usaha lain di kampung (Ciamis) seperti tambak ikan gurame," ujarnya.
Selain Osid, perajin tahu lainnya Mardi menuturkan sudah menekuni usaha tahu sejak 1998 di Cipayung. Awalnya, dia hanya membantu kedua orang tuanya sejak remaja.
“Waktu kecil saya tinggal di Cipinang, suka bantu bapak bikin tahu. Sejak umur 13 tahun sudah ikut bikin tahu,” katanya.
Berbekal pengalaman dan pengetahun yang diperoleh otodidak itu, Mardi kini memberanikan diri membuka produksi tahu sendiri.
Meski masih skala kecil dengan produksi 25 kg-30 kg kedelai per hari, Mardi bersyukur usaha tahunya berjalan lancar hingga sekarang. Bahkan, dia mampu mempekerjakan dua karyawan.
“Saya juga ikut jual tahu ke warung-warung sama ke pelanggan tetap,” ucapnya.
Mardi pun mengajukan pinjaman ke KUR BRI untuk mengembangkan usaha tahunya. “Saya dapat KUR Rp30 juta untuk jangka waktu 3 tahun. Sekarang dapat Simpedes Rp25 juta,” ucapnya.
Kepala Kantor Unit Cipayung BRI Husnul Fuad mengatakan, ada 1.898 debitur di wilayah kerjanya. Sebagian besar merupakan pelaku UMKM.
Fuad mengatakan, ada tiga klaster usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi nasabah BRI, yakni klaster tahu, klaster tempe, dan klaster bakso aci. Klaster tahu menjadi yang paling besar dari tiga klaster yang ada.
Dia menuturkan, di BRI itu ada program UMKM naik kelas, pendampingan nasabah mulai dari produksi, packaging, sampai dengan proses cara pemasarannya. Pendampingan tersebut dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.