Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi khawatir dimarahi sang guru.
Makna:
Makna yang bisa kamu pelajari dari contoh teks anekdot ini adalah untuk tidak berbicara buruk, mengejek atau mengumpat, meskipun kepada orang yang lebih muda daripada kita.
Hal ini karena kata-kata yang sudah telanjur diucapkan tidak bisa ditarik kembali, bahkan mungkin bisa membuat kita merasa lebih buruk.
Judul: Kantin
Seorang guru sedang mengabsen anak muridnya sebelum memulai pelajaran.
Guru: “Intan?”
Intan: “Hadir, pak!”
Guru: “Nanda?”
Nanda: Hadir, pak!”
Guru: “Gulman?”
Pak guru tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba, Gulman pun masuk ke kelas.
Guru: “Abis dari mana saja kamu, Gulman?”
Gulman: “Maaf pak, tadi saya habis sarapan di warung depan sekolah.”
Guru: “Loh, ngapain kamu jauh-jauh ke sana. Kita kan sudah punya kantin di seberang UKS.”
Gulman: “Itu kantin, pak? Saay kira petakan, kecil banget!”
Para murid pun tertawa mendengar jawaban Gulman).
Makna:
Teks anekdot di atas bukan sepenuhnya humor, ya. Penulis menyelipkan kritik terhadap suatu hal, yaitu kantin sekolah yang dianggapnya terlalu kecil. Pada teks, Gulman mengungkapkan sindiran dengan menyamakan kantin sekolah dengan sebuah petakan.