Dalam politik, tuduhan seperti itu biasanya berujung panjang, menjadi dendam, tuntutan hukum, dan balas menyerang. Tetapi Prabowo memilih sebaliknya. Alih-alih menutup pintu dan memperpanjang perseteruan, ia malah membuka ruang maaf dan memberikan amnesti.
"Inilah titik di mana publik diajak melihat, bahwa kebesaran jiwa seorang presiden tidak lahir dari kata-kata, tetapi dari keberanian bertindak tanpa dendam," ujar Noel.
Hal serupa juga berlaku pada kasus Tom Lembong, yang sempat dituduh terlibat dalam korupsi impor gula. Kasus itu ramai disebut sebagai "korban pesanan istana" oleh sebagian pendukungnya. Bukannya memperkeras proses hukum, Prabowo justru menghentikannya melalui abolisi.
"Bagi sebagian orang, ini mungkin kontroversial. Tapi di mata saya, ini bentuk ketulusan yang sulit dibantah. Ketulusan untuk melepaskan masa lalu, mengutamakan masa depan, dan mengembalikan fokus bangsa pada persatuan, bukan perpecahan," kata Noel.
Meski demikian, Noel mengingatkan bahwa kebaikan hati tidak selalu menjamin perubahan perilaku dari mereka yang dimaafkan. Ia mengibaratkan, di tengah putihnya salju, bisa saja ada serigala berbulu domba yang tetap lapar dan rakus.